Kenyang itu nikmat

 

Kenyang itu nikmat

 Ibuku sakit. Perut bagian bawah benjol segede bola tenis. Saya antar ke IGD rumah sakit di Solo. Dengan mudah dokter jaga mendiaknosa, katanya ibu sakit hernia. Harus dioperasi. Sebagai pasien tentu saja ngikut apa saran dokter.

 Perut dibedah. Ternyata setelah dibuka bukan hanya hernia. Akan tetapi ada usus yang busuk dan harus dipotong. Sebelum dokter memotongnya minta persetujuan keluarga. Tentu saja kita menyetujui. Yang penting sehat. Tindakan apapun monggo saja. Nderek dokter.  

 Setelah operasi selesai tidak boleh memasukkan apapun dari mulut. Satu butir nasipun dilarang. Satu tetes air juga dilarang. Harus steril dari makananan dan minuman dari mulut selama tiga hari tiga malam. Mungkin agar usus yang baru dipotong dan disambung itu tidak lepas. Ibarat orang baru ngecor gorong-gorong, tidak boleh langsung dilewati air. Bisa langsung hancur. 

 Padahal manusia kan perlu makan dan minum, kalau tak makan bisa mati ?

 Ternyata tidak. Yang dibutuhkan manusia adalah nutrisi bukan makanan. Zat itu terdiri dari karbohidrat, protein, mineral, serat, lemak, vitamin dan air. Itu semua tidak harus lewat mulut, tetapi bisa diinjeksi via infus. 

 Nah, ini yang menarik. Sekali injeksi harganya tujuhratus ribu rupiah. Padahal zat tersebut bagi orang sehat dapat dibeli dengan sepuluh ribu rupiah, berupa nasi sayur berlauk telur dan air putih. Apalagi injeksi tidak membuat kenyang. Secara medis kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi tetapi perut terasa lapar.

 Orang makan ditampung di lambung, baru kemudian sari-sari makanan diserap tubuh. Sedangkan injeksi via infus, nutrisi langsung ke pembuluh darah. Karena itu perut tetap saja lapar dan kerongkongan terasa kering.

 Maka Allah memperkenalkan diri kepada hambanya dengan menyebut kebutuhan dasar manusia, yaitu makan. Siapa Allah ? jawabnya adalah:

الَّذِي أَطْعَمَهُمْ مِنْ جُوعٍ وَآَمَنَهُمْ مِنْ خَوْفٍ [قريش/4]

 Yang telah memberi makanan kepada mereka untuk menghilangkan lapar dan mengamankan mereka dari rasa ketakutan.

 Dalam urusan makanan, ada tiga kondisi manusia. Yaitu, orang boleh makan. Orang bisa makan dan ada yang dimakan. Ibuku bisa makan dan ada yang dimakan. Tetapi karena sakit dokter melarangnya makan. Ada juga, orang yang boleh makan dan ada yang dimakan tetapi ia tidak bisa makan. Karena setiap makanan yang masuk ke mulut langsung muntah.

Puasa telah menyadarkan kita, bahwa boleh makan dan bisa makan sampai kenyang itu benar-benar nikmat yang luar biasa. Karena ternyata ada orang yang tidak bisa kenyang akibat makanan tidak ditelan dan tidak masuk lambung, tetapi berupa nutrisi yang diinjeksi lewat pembuluh darah, bukan dimakan lewat mulut.

Makan itu ciri khas manusia. Karena ada makhluk Allah yang tidak perlu makan tetapi tetap hidup. Itulah malaikat. Makhluk ini terbuat dari cahaya, kita tidak tahu bagaimana metabolisme tubuh malaikat sehingga mereka tak perlu makan. Allah Maha Kuasa, Dia yang menciptakan dan mengaturnya. Tetapi bagaimanapun, manusia adalah ciptaan yang paling baik. sebagaimana firman Allah berikut:

لَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ فِي أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ [التين/4]

Sungguh Kami telah ciptakan manusia alam bentuk sebaik-baiknya.

Imam At Thabari menjelaskan bahwa ahsani taqwim itu maknanya ahsanul khalqi (sebaik-baik ciptaan). Secara fisik paling sempurna demikan pula secara ruhani dapat maraih kesempurnaan.

Rasa lapar adalah salah satu kesempurnaan penciptaan manusia. Karena tanpa rasa lapar ibarat batrei HP sudah limited tetapi tidak ada tanda, tiba-tiba langsung mati. Secara fisiologis berikut ini adalah proses terjadinya rasa lapar:

Rasa lapar pada manusia terjadi karena adanya sinyal yang dikirimkan oleh sistem saraf pusat dan perifer yang mengindikasikan bahwa tubuh membutuhkan asupan makanan.

Proses terjadinya rasa lapar dimulai dari lambung yang mulai kosong setelah beberapa jam tidak menerima makanan. Hal ini akan merangsang produksi hormon ghrelin oleh sel-sel endokrin dalam lambung. Hormon ghrelin ini kemudian akan dikirimkan ke otak dan memicu rasa lapar.

Kesempurnaan lain adalah adanya rasa kenyang. Karena tanpa rasa kenyang ibarat orang naik kendaraan mampir ke pom bensin, mengisi bahan bakar tanpa ukuran sehingga sampai meluber keluar. Secara fisiologis orang biologi menjelaskan rasa kenyang sebagi berikut.

Ketika tubuh sudah menerima cukup nutrisi, hormon yang disebut leptin akan diproduksi oleh sel-sel lemak dalam tubuh dan dikirimkan ke otak. Leptin memicu pelepasan hormon yang disebut cholecystokinin (CCK), yang memberikan sinyal ke otak untuk menghentikan rasa lapar dan membuat kita merasa kenyang.

Sungguh, kenyang dan lapar merupakan nikmat yang tiada tara. Nikmat ini tidak diberikan Allah kepada malaikat Jibril sekalipun. Tetapi kita jarang yang ngeh bahwa urusan perut menjadi salah satu wujud kesempurnaan penciptaan manusia. Salamat berbuka puasa. Wallahu’alam

Muh. Nursalim