https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh3dJfzsHrOGYXhTIt3i4RaDwjJznfXlA7557aRXUI0oSZUxn2jNSQsUjaCesyCybgmkIEiT3juiai8uk1yUPT9yUDxSIe-jNRacuCd0Hyoxmfl80zOLaxPzwvsokuaA0IarSxXZiH4RR45/s1600/Logo+Kemenag+Kabupaten+Karimun+Yang+Kecil.png KUA Kec. Pulokulon Kab. Grobogan melayani sepenuh hati ##

April 05, 2023
0


 Berburu Takjil dan Lailatul Qadar


 Bukber di masjid itu asyik. Banyak kawan, menunya lumayan dan peluang mendapat lailatul qadarnya sangat besar. Kelebihan ini bisa direkayasa oleh panitia dengan cara menyajikan hidangan makan piringan bukan nasi box. 

Apa hubungannya antara nasi piringan dengan lailatul qadar ?

Jika hidangan disuguhkan piringan maka jamaah akan menyantap di masjid, tetapi jika dibagi dalam kemasan box kemungkinan besar dibawa pulang. Di masjid ia hanya makan kurma atau cemilan dan air putihnya. Setelah shalat maghrib, pulang.

Lain halnya jika piringan. Karena sudah makan besar, bagi orang yang tidak mendesak tidak akan segera pulang. Tetapi ia nyambung sekalian dengan shalat isya dan terawih. Bila itu dilakukan maka dirinya telah mendapat lailatul qadar. Sebagaimana sabda nabi berikut ini.

مسند الشاميين للطبراني - (ج 3 / ص 210)

عن أبي أمامة ، عن النبي صلى الله عليه وسلم قال : « من صلى العشاء في جماعة فقد أخذ بحظه من ليلة القدر »


 Dari Abu Umamah dari Nabi saw bersawbda, “Siapa yang shalat isya’ dengan berjamaah (di bulan ramadhan) maka dia telah mengambil bagiannya dari Lailatul Qadar.” (Hr. Tabrani)

 Menurut Nashiruddin Al Albani, hadis tersebut dha’if karena pada sanadnya ada Maslamah bin Ali. Hadis serupa ada, diriwayatkan oleh Imam Baihaqi dalam Syu’abul Iman sebagai berikut.

شعب الإيمان للبيهقي - (ج 8 / ص 220)


عن أنس بن مالك ، قال : قال النبي صلى الله عليه وسلم : « من صلى المغرب والعشاء في جماعة حتى ينقضي شهر رمضان فقد أصاب من ليلة القدر بحظ وافر »

Dari Anas bin Malik berkata, Nabi bersabda, “Barangsiapa yang shalat Maghrib dan Isya berjamaah sampai berakhirnya bulan Ramadan, maka dia telah mendapatkan bagian yang banyak dari malam Lailatul Qadar” (Hr. Baihaqi)

 Maka jika seseorang rutin ikut bukber di masjid lalu shalat maghrib dan isya sekalian dengan berjamaah, dipastikan dia akan mendapat lailatul qadar. Karena malam istimewa itu akan turun di salah satu dari malam-malam di bulan ramadhan.

 Sejumlah masjid menggelar bukber itu sepanjang hari-hari di bulan ramadhan. Setiap hari menyuguhkan santapan buka puasa untuk mereka yang mau datang. Seperti masjid Syeikh Zayed Solo setiap hari 6000 porsi, masjid Jogokaryan Jogja 3500 piring dan masjid Alfalah Sragen 1000 porsi.

 Mungkin kita sungkan setiap hari datang ke masjid untuk bukber, dikira pemburu takjilan gratis. Padahal bukan itu tujuan utamanya, tetapi mencari lailatul qadar dengan cara merutinkan shalat jamaah maghrib dan isya di masjid di bulan ramadhan. Adapun buka puasa yang dinikmati, semata-mata hadiah bagi orang yang sedang berpuasa. 

 Buka puasa memang hadiah bukan sedekah. Jika sedekah nabi dan keluarganya tidak akan mau makan. Karena memang beliau melarangnya, sebagaimana hadis berikut ini:

صحيح البخارى - (ج 9 / ص 324)

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ - رضى الله عنه - قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم - إِذَا أُتِىَ بِطَعَامٍ سَأَلَ عَنْهُ أَهَدِيَّةٌ أَمْ صَدَقَةٌ فَإِنْ قِيلَ صَدَقَةٌ . قَالَ لأَصْحَابِهِ كُلُوا . وَلَمْ يَأْكُلْ ، وَإِنْ قِيلَ هَدِيَّةٌ . ضَرَبَ بِيَدِهِ - صلى الله عليه وسلم - فَأَكَلَ مَعَهُمْ

Dari Abu Huairah ra berkata, ketika Rasulullah SAW diberikan makanan akan selalu bertanya: apakah ini hadiah ataukah ini sedekah. Apabila makanan itu dikatakan sedekah, maka Nabi akan memerintahkan sahabatnya untuk memakan bagi yang belum makan, namun apabila makanan itu dijawab sebagai hadiah, maka Nabi menerimanya dan memakannya secara bersama-sama. ( Hr. Bukhari)

 Banyak hadis yang menceritakan Rasulullah saw berbuka puasa bersama para sahabatnya, dan beliau posisinya sebagai peserta bukan penyedia makanannya. Seperti pada hadais berikut ini.

سنن ابن ماجه - (ج 5 / ص 366)

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ الزُّبَيْرِ قَالَ أَفْطَرَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- عِنْدَ سَعْدِ بْنِ مُعَاذٍ فَقَالَ « أَفْطَرَ عِنْدَكُمُ الصَّائِمُونَ وَأَكَلَ طَعَامَكُمُ الأَبْرَارُ وَصَلَّتْ عَلَيْكُمُ الْمَلاَئِكَةُ ». 


Dari Abdullah bin Zubair, ia berkata: Rasulullah -shallallahu 'alaihi wa sallam- berbuka puasa di rumah Sa'd bin Mu'adz dan bersabda, "Di sini para orang yang berpuasa berbuka, orang-orang yang baik makan makananmu, dan para malaikat bershalawat untukmu." (Hr. Ibnu Majah)

 Jika buka puasa yang dihidangkan keluarga Sa’ad bin Mu’ad itu berupa sedekah tentu Nabi tidak akan ikut memakannya. Faktanya beliau bersama mereka menikmati hidangan tuan rumah. Sehingga dapat disimpulkan bahwa buka puasa yang diberikan seorang sahabat itu bukanlah sedekah.

 Lalu jika bukan sedekah apa namanya ?

 Kalau boleh membuat istilah, itu adalah hadiah bagi orang-orang yang berpuasa. Allah memulyakan mereka dan manusia menghormatinya dengan memberikan hadiah buka puasa. Selamat berbuka puasa

(Muh. Nursalim)

0 Jumlah Komentar:

Posting Komentar

Silahkan yang ingin tanya, tulis di kolom komentar, kami siap melayani anda.
JAM KERJA PELAYANAN
Senin -Kamis : 07:30 -16:00 WIB
Jum'at : 07:30-16:30 WIB
Wa.me/085713742821