Masjid Ziarah
Beberapa jamaah yang masih ngaji dan berzikir didatangi satpam. Dengan sangat sopan, marbot berseragam itu mempersilahkan para jamaah untuk melanjutkan ritualnya di luar. Ruang utama masjid akan segera ditutup. Sementara petugas yang lain menjaga pintu, menunggu jamaah keluar. Setelah ruangan dalam bersih dari jamaah, pintu masjid itupun ditutup.
Ruang dalam masjid Syeikh Zayed Solo ini memang mempesona. Menggoda jamaah untuk berlama-lama di dalamnya. Baik untuk selonjoran, ngobrol dengan kawan, foto-foto maupun mendaras alqur’an. Tetapi SOP nya ada batas waktu bagi jamaah untuk menikmati keindahan itu. Hanya dibuka pada waktu shalat saja. Bahkan di sepuluh hari terakhir bulan ramdhanpun ruang utama tidak dibuka. Jamaah boleh i’tikaf tetapi di selasar yang tidak ada karpetnya.
Orang berduyun-duyun berziarah ke masjid ini. Karena memang fenomenal dari sisi keindahan bangunannya. Kata pegiat medsos masjid ini sangat instagramable. Cocok untuk selfie dan foto-foto. Maka pengunjungnya bukan hanya saat waktu shalat tiba, tetapi di sembarang waktu jamaah berdatangan. Apalagi di bulan ramadhan ini, ada iftar setiap sorenya dengan menu yang menggiurkan.
Di Sragen juga ada masjid fenomenal, namanya Al Falah. Bangunannya biasa saja, ukurannya juga tidak seberapa. Setiap hari ratusan jamaah berdatangan ke tempat itu. Belakangan juga menjadi destinasi ziarah. Pada hari jum’at, sabtu dan ahad terlihat beberapa bus parkir di depan masjid tersebut. Mengantar rombongan peziarah.
Di Jogja juga ada masjid Jogokaryan. Masjid ini kecil dibandingkan masjid Zayed. Letaknya juga tidak di pinggir jalan raya. Tetapi setiap tahun tidak kurang dari 3500 bus mengangkut para peziarah ke tempat itu. Mereka datang dari berbagai wilayah di Indonesia. Bahkan sejumlah skripsi, tesis dan disertasi merupakan hasil riset pada masjid ini.
Dua masjid itu menjadi destinasi wisata bukan karena keindahannya. Tetapi berkah program kegiatan yang digelar sangat istimewa. Misalnya, masjid yang di jogja itu tidak hanya memakai sedekah dan infaq dalam mengelola rumah Allah tersebut. Tetapi menggunakan wakaf produktif. Masjid memiliki usaha yang merupakan wakaf dari jamaah. Ada hotel dan sawah beberapa hektar. Dari usaha itulah kegiatan masjid degerakkan.
Di samping itu masjid Jogokaryan juga sukses memberdayakan ekonomi jamaah. Di awal ustad Jazir memimpin takmir masjid itu, separuh lebih jamaah adalah mustahiq zakat. Sekarang yang berhak menerima zakat tinggal beberapa orang. Salah satu produk yang laris manis adalah peci jogokaryan. Penutup kepala laki-laki mirip blankon tetapi unik. Barang ini diproduksi oleh 35 kepala keluarga, setiap hari tidak kurang 150 biji terjual langsung belum yang online dan reseling. Ribuan orang setiap hari datang ke masjid tersebut merupakan pasar yang sangat menguntungkan.
Adapun masjid Al falah Sragen terkenal karena menjadikan masjid itu tempat melayani masyarakat. Layanan ibadah sudah pasti siap, maka kapanpun kita datang ke masjid untuk beribadah pasti terbuka. Layanan ilmu ada, seperti kajian-kajian kitab di sore dan malam hari. Nah yang belum banyak terlayani itu adalah orang lapar. Maka konsep masjid 3 M (makan makan makan) menjadi salah satu solusi.
Dari mana pengurus masjid alfalah mendapat uang untuk makan, makan, makan?. Tentu saja dari kaum muslimin juga. Mereka bersedekah untuk kegiatan kemasjidan termasuk buat menyediakan makan orang-orang yang membutuhkan. Faktanya, ternyata para donatur percaya dan rela dengan program seperti ini.
Membagikan makan dalam bentuk beras juga dilakukan masjid ini setiap bulan, bukan hanya saat idul fitri saat pengumpulan zakat fitrah. Tidak kurang dari tiga ton setiap bulan pengurus masjid mentasarufkan beras kepada mereka yang berhak. Ada yang berupa ATM beras ada yang langsung diantar ke tempat tujuan.
Ada pula masjid banyak dikunjungi umat karena sejarahnya.
Misalnya masjid quba dan qiblatain di Madinah. Setiap jamaah haji dan umrah yang datang ke kota nabi pasti diajak tour ke dua masjid tersebut. Bangunannya tidak sebaik masjid nabawi tetapi karena punya sejarah istimewa, yaitu masjid pertama yang dibangin Nabi dan masjid di mana nabi merubah arah kiblat dari masjidil aqsa ke kakbah yang ada di Mekah.
Di Indonesia juga banyak masjid bersejarah seperti masjid Demak, masjid Menara Kudus dan masjid Gede Yogyakarta. Umat berkunjung ke tempat-tempat itu dalam rangka napak tilas ulama jaman dahulu yang berjuang mendakwahkan islam kepada msyarakat. Selian tentu untuk shalat.
Masjid-masjid tujuan ziarah itu memiliki muazin dan imam yang bagus. Suaranya gandem bacaan alqur’annya mantab. Mereka memang orang-orang pilihan. Bukan relawan yang mau menjadi imam. Masjid Jogokaryan misalnya, imamnya digaji enam juta sebulan. Angka ini sekilas cukup besar. Tetapi sejatinya sangat kecil.
Coba kita hitung. Sehari ia memimpin shalat lima kali. Sebulan berarti 150 kali. Kalau gaji satu bulan enam juta berarti kita hanya membayarnya sekali tampil 40 rupiah. Sungguh sangat murah sekali. Bandingkan dengan saat biduan nyanyi di panggung, berapa sekali tampil ?
Ketika kita umrah, banyak sopir taksi yang mangkal di sekitar masjid Nabawi dan masjidil Haram berteriak, “ziarah ziarah ziarah”. Mereka bukan sedang menawarkan kunjungan ke kuburan, akan tetapi mengajak jamaah untuk piknik ke tempat-tempat wisata. Bagi orang beriman tempat healing paling baik adalah masjid. Apalagi bila ditambah mendengar azan dan bacaan alqur’an dari suara yang merdu menyentuh kalbu.
Muh Nursalim

0 Jumlah Komentar:
Posting Komentar
Silahkan yang ingin tanya, tulis di kolom komentar, kami siap melayani anda.
JAM KERJA PELAYANAN
Senin -Kamis : 07:30 -16:00 WIB
Jum'at : 07:30-16:30 WIB
Wa.me/085713742821