https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh3dJfzsHrOGYXhTIt3i4RaDwjJznfXlA7557aRXUI0oSZUxn2jNSQsUjaCesyCybgmkIEiT3juiai8uk1yUPT9yUDxSIe-jNRacuCd0Hyoxmfl80zOLaxPzwvsokuaA0IarSxXZiH4RR45/s1600/Logo+Kemenag+Kabupaten+Karimun+Yang+Kecil.png KUA Kec. Pulokulon Kab. Grobogan melayani sepenuh hati ##

Desember 14, 2022
0

 



Maroko vs Perancis, koloni vs Penjajahnya

Ternyata bukan hanya kita yang pernah  dijajah bangsa Barat, saudara-saudara muslim yang ada di Afrika juga tidak lepas dari penjajahan. Demikian pula calon juara piala dunia, Maroko. Negeri di ujung barat benua Afrika itu mulai dijajah Perancis tahun 1830 dan merdeka 2 Maret 1956.

 Pola penjajahan di mana-mana sama.  Akibat industrialisasi di negeri Barat lalu butuh bahan baku dan area pemasaran. Jalan paling umum zaman itu dilakukan dengan menjajah wilayah yang kaya sumber bahan baku sekaligus memasarkan produknya. Kapitalisme menjadi biang kerok terjadinya kolonialisme di dunia.

 Pasca kemerdekaan, Maroko memilih sistem pemerintahan monarki konstitusional. Saat ini yang menjadi raja adalah Muhammad VI. Adapun perdana menteri dijabat oleh Aziz Akhannouch. Jumlah menteri ada 24 orang, tujuh diantaranya perempuan. Sistem politik di Maroko hampir mirip dengan yang dianut Malaysia. Ada raja yang turun temurun ada perdana menteri hasil dari pemilu.

 Piala dunia telah membuka mata penduduk bumi tentang Maroko. Sepak terjangnya di lapangan yang memukau penonton  mendorong para jurnalis untuk mengetahui hal ihwal tentang negeri tersebut. Orang pada mencari letak geografisnya di peta dunia, suku dan bahasa yang dipakai, makanannya, tempat-tempat wisatanya dan tak ketinggalan agama yang dianut penduduknya.

 Bahkan agama penduduk Maroko yang mayoritas muslim itu masih dicari lagi detailnya. Mazhabnya apa, siapa ulama yang terkenal. Apa karangan dan karya mereka di dunia muslim dan peran negeri tersebut bagi perekembangan Islam di dunia. pokoknya segala hal tentang Maroko menjadi menarik untuk ditelisik.

 Di sini, orang yang mengerti banyak tentang Maroko mungkin ustadz Abdus Shamad. Da’i kondang itu pernah kuliah di Dar El Hadith El Hassania Maroko pada tahun 2006. Sebagai mahasiswa yang memperoleh full biasiswa saat kuliah S2, tentu ia dapat  bercerita banyak tentang negari tetangga Aljazair itu.

 Ada juga yang belakangan viral. Yaitu saat beberapa pemain Maroko memenangkan pertandingan dengan cara mencium ibunya, bahkan Sofiane Boufal mengajak sang mama ke lapangan untuk menari. Fenomena itu tenyata menjadi menarik jika dibandingkan dengan para pamain dari negara-negara eropa.

 Mungkin tidak ada pemain dari Eropa yang mengajak serta ibunya dalam laga piala dunia. Yang mereka ajak adalah istri atau pacar dan pasangannya. Mereka itu  terkenal dengan istilah WAGs, singkatan untuk wives and girlfriensd (istri dan kekasih). Istilah ini mulai dikenal saat laga piala dunia tahun 2006.

Budaya bebas seperti itulah yang mereka perjuangkan untuk dianut di negara-negara muslim. Dengan memaksakan diri memakai band kapten one love sebagai dukungan atas sek bebas termasuk dengan pasangan sesama jenis. Sementara budaya pemain Maroko, walaupun mereka banyak yang merumput di klub-klub Eropa tetap berakar pada syari’ah yang diyakini. Memulyakan ibu dan menjaga keturunan secara  syar’i. 

 Di semifinal, tim Maroko akan bentrok dengan Perancis. Laga ini dijamin seru karena lima  alasan. Pertama, Perancis tentu ingin mempertahankan gelar juara dunia yang telah direbut empat tahun silam di Rusia. Kedua, Maroko terbukti berhasil mengalahkan tim-tim raksasa yaitu Belgia, Spanyol dan  Portugal. Dalam skala eropa kekuatan Perancis tidak jauh dari ketiga tim tersebut. 

 Alasan ketiga, Maroko seperti bermain di rumah sendiri. Iklim dan suhu di Maroko tidak jauh berbeda dengan Qatar. Ditambah lagi sentimen Arab dan muslim menjadi daya ledak yang tak dimiliki musuh. Keempat, dibabak penyisihan Perancis dikalahkan Tunisia, tetangga Maroko yang sama-sama dari Afrika. Faktor ini menambah keyakinan bahwa sang penjajah bisa dikalahkan. Kelima, Kiper Maroko itu top markotop. Sampai seperempat final baru kebobolan satu gol saja. Jika berakhir seri dan dilanjutkan adu pinalti kemungkinan besar Maroko yang menang.

 Satu lagi faktor non teknis yang mungkin dapat diamplifikasi pemain Maroko, yaitu melawan bekas penjajahnya. Dendam sejarah seperti itu bisa menjadi penguat perjuangan di lapangan. Secara teknis kemampuan kedua tim bisa imbang, tetapi semangat kemerdekaan bisa menyulitkan penjajahnya. ( Muh. Nursalim)

0 Jumlah Komentar:

Posting Komentar

Silahkan yang ingin tanya, tulis di kolom komentar, kami siap melayani anda.
JAM KERJA PELAYANAN
Senin -Kamis : 07:30 -16:00 WIB
Jum'at : 07:30-16:30 WIB
Wa.me/085713742821